Archives

♣ Menunggu Ajal Akan Tiba & Menanti Ketentuan-Nya


بسم الله الرحمن الرحيم

Hari esok nan melambai;
Mentari akan terbit lagi;
Semua itu tidak kekal;
Akan binasa akhirnya;
Indahnya alam semesta;
Hingga terasa di hati;
Yang hidup akan punah;
Yang mula ada akhirnya;
Indah ciptaan-Nya;
Yang ada sementara;
Semuanya akan sirna;
Yang kekal hanyalah Allah Ta’ala;
Telah Dia tentukan;
Usia makhluk semua;
Yang hidup akan mati;
Tiada yang abadi;
Kawan tidak selamanya;
Kasih demikian juga;
Bahagia ada batasnya;
Suka-duka silih berganti;
Esok entah akan ada, terbitkah mentari pagi?;
Yang pasti kita semua, menunggu saat binasa;
Menunggu ajal akan tiba, menanti ketentuan-Nya;
Suatu penderitaan yang belum pernah ku alami selama hidup;
Lalu perasaan asa menjalar di tubuh ku seperti sayap-sayap maut menari-nari di hadapan umur manusia;
Aku menyangka ajal akan menjemput & membuat ku tidak dapat melihatmu lagi tetapi fikiranku kembali mengingat mu;
Aku khawatir engkau hanya bisa mendengar khabar kematian ku, tanpa sempat mendengar kata-kata terakhir ku jika engkau berada di sisiku saat ini;
Kita tidak tahu samaada kita akan bertemu, berkongsi apa-apa lagi esok, lusa dan bila-bila masa saja;
Selama antara kita & kematian ada jarak sejengkal;
Setelah itu kita tidak akan bersama lagi;
Mohon maaf atas segala salah & khilaf;
Semoga Allah Ta’ala meredhai persahabatan yang terjalin serta menanamkan rasa kasih & sayang di antara kita semata-mata kerana-Nya;
Amiin..

♣ Bila Sang Ajal Menjemput


بسم الله الرحمن الرحيم

Pernahkah kita berhenti sejenak & bertanya pada diri kita sendiri, apa yang terjadi pada kita di malam pertama ketika kita meninggal? Apa yang telah kita persiapkan untuk kematian, sesuatu yang pasti datang kepada kita? Apakah kita akan berada di tempat yang baik ataukah di tempat yang buruk? Seberapa sering kita mengingat mati? Fikirkanlah sejenak, saat di mana tubuh kita dimandikan & akan segera di kuburkan. Pernahkah kita memikirkan saat di mana orang-orang membawa tubuh kita ke perkuburan & ketika semua keluarga kita menangis? Pernahkah kita memikirkan saat tubuh kita diletakkan di dalam liang lahad? Semuanya gelap & hanya tanah belaka. Di saat itu, kita menyedari kita sendirian. Tidak ada orang lain & semuanya begitu sempit. Tulang-tulang kita bahkan saling berdesakkan sendirinya. Mungkin saat itu kita tengah menyesali semua perbuatan buruk kita di dunia. Kita mungkin baru menyesali akhlak kita terhadap orang tua kita, kita menyesali mengapa kita tidak mengenakan hijab, tidak ada wang, tidak ada perhiasan & yang ada hanya semua perbuatan kita. Ketika kita ditutup, mungkin kita ingin berteriak & menyeru semua orang agar jangan pergi dari kuburan kita, tapi kita tidak boleh terdengar. Kita mendengar langkah kaki mereka menjauhi kita. Kemudian, disitulah kita berada, rumah masa depan kita yang pasti akan kita tempati.

♣ Di Perkebunan Abadi


بسم الله الرحمن الرحيم

Sebidang tanah kerdil menyambut ziarah kudus;
Ketika desir angin seakan meratib;
Mengirim zikir kesyahduan;
Yang ku liriki dengan semerbak doa-doa;
Di hujung lidah hayat kesementaraan ini;
Tatkala menetap relai dedaun di rimbun kemboja;
Bersepahan rebah di tanah pusara;
Seperti mengutus pesan pada jalan pulang;
Abadi di sisi Ilahi..

Di tanah perkebunan abadi ini;
Redup dedaun di bawah rimbun pepohon;
Mengalun tasbih dalam nyanyi keagungan;
Buat mengenal erti kekerdilan;
Di taman kehidupan ini..

♣ Cahaya Fajar Memancar


بسم الله الرحمن الرحيم

Sahabat;
Andainya kematianku kau tangisi;
Pusara kau siram dengan air matamu;
Maka diatas tulang-belulangku yang luluh;
Nyalakanlah obor untuk umat ini & lanjutkanlah gerak merebut kemenangan;
Kematianku hanyalah suatu perjalanan memenuhi panggilan kekasih yang merindu;
Taman-taman indah di syurga Ilahi terhampar menanti;
Burung-burungnya berpesta menyambutku & berbahagialah hidupku di sana;
Puaka kegelapan pastikan lebur;
Fajarkan menyingsing & alam ini akan disinari cahaya lagi;
Relakanlah rohku terbang menjelang rindunya;
Jangan gentar berkelana ke alam abadi;
Di sana cahaya fajar memancar..

{Sayyid Qutub, 1966}

♣ Sakitnya Sakaratul Maut


بسم الله الرحمن الرحيم

Nabi Idris (‘alaihisallam), seorang ahli ibadah; kuat mengerjakan solat puluhan rakaat dalam sehari semalam & selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari.

Catatan amal Nabi Idris yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit, sangat menarik perhatian Malaikat Izrail. Lalu ia bermohon kepada Allah Ta’ala agar diperkenankan mengunjungi Nabi Idris di dunia denga menjelma sebagai seorang lelaki tampan, bertamu ke rumah Nabi Idris.

Nabi Idris sama sekali tidak mengetahui bahawa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris melayani Malaikat Izrail & ketika waktu berbuka puasa, Nabi Idris mengajaknya makan bersama, namun ditolak oleh Malaikat Izrail.

Selesai berbuka puasa, seperti biasa Nabi Idris mengkhususkan waktunya menghadap Allah Ta’ala sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Begitu juga ketika Nabi Idris berzikir ketika melakukan tugasnya sehari-harinya & hanya berbicara yang baik-baik saja. Keesokan hari, Nabi Idris mengajak tamunya itu berjalan-jalan di sebuah kebun buah-buahan yang sedang masak ranum.

“Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”,
pinta Malaikat Izrail m’uji Nabi Idris.

“Subhanallah”,
kata Nabi Idris.

“Kenapa?”
Malaikat Izrail pura-pura terkejut.

“Buah-buahan ini bukan milik kita. Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”,
kata Nabi Idris.

Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris memerhatikan wajah tamunya yang tidak berasa bersalah. Dalam diam beliau mula terfikir siapakah tetamu yang tidak dikenali itu.

“Siapakah engkau sebenarnya?”,
tanya Nabi Idris.

“Aku Malaikat Izrail”,
jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris sangat terkejut, seketika tubuhnya menggeletar tidak berdaya.

“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?”
tanya Nabi Idris.

“Tidak, atas izin Allah, aku sekadar menziarahimu”,
jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris mengangguk & terdiam seketika.

“Aku ada satu permintaan”,
ujar Nabi Idris.

“Ku mohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah Ta’ala untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya & meningkatkan amal ibadahku”,
pinta Nabi Idris.

“Tanpa izin Allah, aku tidak dapat melakukannya”,
kata Malaikat Izrail.

Pada saat itu Allah Ta’ala memerintahkan Malaikat Izrail mengabulkan permintaan Nabi Idris. Dengan izin-Nya, Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris.
Malaikat Izrail kemudian menangis memohon kepada Allah Ta’ala agar menghidupkan kembali Nabi Idris. Allah Ta’ala telah mengabulkan permohonannya.

Setelah Nabi Idris hidup kembali, Malaikat Izrail lalu bertanya bagaimanakah rasanya mati. Lalu Nabi Idris menjawab,
“Seribu kali lebih sakit daripada binatang hidup dikuliti”.

“Cara yang ku lakukan terhadapmu adalah cara yang lemah lembut”,
kata Malaikat Izrail pula.

♣ Life & Death


LIFE & DEATH

بسم الله الرحمن الرحيم

Everyone of us will have to face DEATH. Are we prepared to meet our Lord? Are our lives an embodiment of our total love & commitment to God? Or are we transgressors & disbelievers? Reflect over the preceding verses & sincerely check your own spiritual condition. It is never too late to change so long as we still have LIFE, for we will never know – tomorrow may never dawn on us again.

The parable of those who reject Faith
is as if one were to shout like a goat-herd,
to things that listen to nothing
but calls and cries:
Deaf, dumb and blind,
They are void of wisdom.

[Baqarah 2:171]

Lo! Those who disbelieve,
and die in disbelieve,
the whole earth full of gold
would not be accepted from such a one
if it were offered as a ransom for his soul.
Theirs will be a painful doom
and they will have no helpers.

[Ali-Imran 3:91]

Every soul will taste death
and ye will be paid on the Day of Resurrection
only that which ye have fairly earned.
Whoso is removed from the Fire
and is made to enter Paradise,
he is indeed triumphant.
The life of this world is but comfort of illussion.

[Ali-Imran 3:185]

Say: “My prayer and my devotions
my living and my dying
all belong to God, Lord of the Universe:
no partner has He,
with that I am commanded,
and I am the first of the Muslims”

[Al An’am 6:163]